Batu adalah batu
Dia terbentuk dari imajimu
SAYA cuma ingin menceritakan keisengan saya tadi pagi. Pada seorang
penjual batu akik yang sedang pameran di halaman kantor. Kejadiannya sebenarnya
berawal dari malam hari sebelumnya. Untuk membuang suntuk menulis di depan
komputer kantor, saya keluar ke selasar kantor yang digunakan pameran batu
akik. Saya lupa menghitung pasti jumlah standnya. Setiap stand, saya pasti
berhenti sekadar memegang, bertanya berapa harga atau namanya.
Singkatnya, saya sampai di satu stand yang menjual bongkahan
batu untuk dibuat akik. Ada fosil galih kelor, mani gajah, ada juga panca warna dan beberapa
jenis lainnya. Saya pegang, elus, dan bertanya berapa harganya. Penjualnya
tersenyum antara sinis dan pandangan yang mengatakan “Yakin kamu punya uang
untuk membelinya mas.”
Akhirnya dari mulutnya memang meluncur kalimat yang membuat
saya tidak untuk bertanya lagi. “Mahal itu mas, ini saja yang kecil-kecil,”
ujar pak tua itu. Berpindah ke stand-stand lainnya, kembali memegang, mengelus
dan bertanya.
Cerita berlanjut siang tadi. Kembali saya berkeliling,
sampai kemudia berhenti di sebuah stand yang kelihatannya lebih banyak menjual
bongkahan batu dibanding akik yang sudah jadi. Semalam saya hanya sempat
memegang dan mengelus, belum sempat bertanya karena banyaknya orang.
“Pak yang bongkahan itu jenisnya apa?”
“Pancawarna”
“Berapa harganya?”
Matanya menatap saya, senyuman pemilik stand semalam kembali
hadir di wajahnya. Ia menyarankan saya untuk membeli bongkahan yang kecil-kecil
saja.
“Yang besar harganya berapa?”
“Mahal mas, perkilo 140 ribu,” jawabnya enggan.
Melihat senyum sinisnya...hmmm saya punya rencana. Rencana
nakal...hihihi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar