HARI-HARI INI ADALAH hari dimana saya sedang mabok menulis.
Sebentuk dunia yang saya cintai kemudian saya intimi secara profesional sejak 13 tahun
lalu ini rupanya sedang genit. Seorang kawan di Jakarta yang baru saya kenal
kurang dari 1 minggu tiba-tiba membangunkan pagi. Intinya dia butuh tenaga dan
pikiran saya untuk menyelesaikan dua bab tulisan sebuah buku tentang
kepemimpinan dari seorang pakar manajemen di Indonesia.
Kedua, seorang kawan dari Jakarta mengagetkan siangku waktu
itu. Meminta untuk mencari orang-orang yang mau menulis di media online citizen
journlism yang ia kelola.
Ketiga, seorang gadis yang aku wawancara di kedai kopi waktu
itu. Tiba-tiba mengingatkan rayuanku untuk menuliskan kisah cintanya dengan
kekasih yang terpisah jarak benua. Aku sebenarnya berdoa, dia lupa. Dua minggu
lalu, rayuan itu aku bisikan. Dia oke. Aku yang gak oke. Mintanya tanggal 9
Juli ini sudah jadi. Dalam bahasa Inggris. Kalau soal nulis sih oke, tapi
menerjemahkan? Tanya sana-tanya sini kawan-kawan
butuh 2 minggu sampai 1 bulan. Belum
desain kemudian cetak. Itu yang membuatku berdoa dia lupa.
Rupanya rayuanku masih disimpannya. Padahal tidak aku sertai
dengan bujuk, cuma rayu. Bener, aku Cuma merayu dengan cara amatir. Dan justru
membuatku kenthir. Kemarin, ketika dia menghubungiku lagi. Dia tidak peduli
lagi dengan tenggat waktu 9 Juli. Yang penting jadi. Soal harga? Dia ikut. Aku
sebutkan angka yang aku pikir mahal untuk ukuran mahasiswa seperti dia. Dia
oke. Aku lupa dia mahasiswa yang juga pengusaha. Rejeki gak boleh ditolak. Oke
aku eksekusi kau.
Keempat, teman dari Jakarta mengingatkanku. Sabtu pekan depan,
aku harus menyiapkan beberapa sinopsis skenario FTV. Ada penulis skenario dari
Jakarta yang akan datang ke Yogya untuk memberikan pelatihan. Aku sudah daftar.
Sudah bayar. Kawan-kawan di Jakarta mengingatkan, siapkan contoh skenario gaya
sebuah televisi stasiun nasional yang rajin memutar FTV. Kata meraka, siapa
tahu masuk dalam tim, siapa tahu jadi penulis sinetron striping, siapa tahu jadi
penulis skenario layar lebar.
Kelima, saya hampir lupa dua bulan lalu membuka pendaftaran
reporter remaja yang mengharuskan mereka menulis 21 hari. Meminta mereka untuk
menulis tentang profil orang-orang yang tidak mereka kenal sebelumnya. Mereka
mengingatkan,” Mas, kapan kami presentasi?”
Keenam yang pertama, bagi kelas XII ini waktu yang selooo
alias kosong. Bagi kelas XII dan dia reporter Kaca, ini kesempatan menulis lagi
di rubrik mereka. Ah, aku sih senang mereka semangat lagi menulis. Keenam yang
kedua, Kaca25 mulai rontok. Hanya satu atau dua kelompok yang rajin datang
untuk mengusulkan tema-tema berikutnya. Untuk mereka ini hanya mie rebus depan
KR dan teknik menulis dan membangun jaringan yang bisa aku berikan untuk hadiah
karena semangatnya. Hmmm...semoga misi kelompok
ini untuk jalan-jalan di Sarkem bisa sukses, aku doakan nak.
Ketujuh, Ameng usul untuk diadakan lagi menulis di blog. Wah
ternyata SelapanDinaNulisFun alias #35HariMenulis itu sudah setahun lalu. Oke,
setelah bersilang rasa bahasa, ketemulah program Padakacarma Poso-poso Nulisi Nganggo
Blog. #Pakpolisigoblog. Dan dua hari ini saya absen nulis. Sampai imas
kemudian ngepos di grup line dan mencantumkan alamat blog saya. Jadi mulai hari
ini dimulailah petualangan saya di blog yang hampir karatan ini.
Kedelapan, notes di HP mengingatkan, saya harus menyelesaikan
skripsi. Skirpsi ???? Iya skripsi gung.
Tapi semabok-maboknya saya dengan tulis menulis,saya tetap
akan menidurinya. Memeluknya erat (tentu sesekali mengendurkannya agar dia juga
tumbuh). Mulai meracau ya....? Kan saya sedang mabok. #PakpolisiBlog.
#Harikeempat