KAPAN kamu jatuh cinta pertama kali? Kalau pertanyaan itu
ditanyakan padaku dengan mantap akan aku jawab. Kelas 3 SD. Apa yang aku lakukan seumuran itu? Ah mau tahu
saja.
Aku tidak akan bercerita kali ini tentang soal cinta. Nanti
kalau Padakacarma buat program #7HariMenulisCinta, baru aku mau membongkar
ingatan lama soal asmara sebelum remaja. Kali ini aku mau cerita bagaimana menghadiri
tontonan yang diadakan oleh orang yang mau bercinta.
Saya perjelas agar tidak terjadi kesalahpahaman yang kalian
inginkan. Maksudnya adalah menyaksikan perayaan orang yang akan bercinta. Masih
bingung juga, emm nonton pertunjukan yang diadakan sebagai perayaan orang yang
menikah, jadi bukan menonton mereka mau bercinta.
Di jaman ketika televisi masih bisa dihitung dengan jari,
hiburan seperti layar tancep atau pemutaran video adalah cara paling efektif
untuk menggerakan massa di satu titik kumpul. Tinggal pilih, mau beli aneka
mainan, makanan atau bermain ketangkasan yang mengarah pada perjudian hingga
melotot menyaksikan layar tancep semalam suntuk. Saya memilih yang terakhir,
mengingat cita-cita saya waktu masih krucil memang jadi bintang film.
Waktu itu, salah satu teman sekelas kami mengalami
pendarahan. Kelas kami cukup heboh saat itu. Namun kami mendapat penjelasan
dari guru, kalau itu namanya menstruasi, itu darah bukan kecap. Menurut pak
guru itu wajar di alami oleh anak
perempuan. Jadi rupanya itu adalah menstruasi pertama dari teman kami dan juga
yang pertama bagi perempuan yang ada di kelas.
Pesan guru saat itu adalah bagi anak perempuan setelah
mengalami haid maka dia bisa hamil. Jadi dijaga dalam bergaul dengan lawan jenis.
Nasehat bijak yang disampaikan oleh guru saya itu baru berlalu beberapa pekan,
ketika kami mendapat kabar kalau kawan kami itu akan menikahhhhh!!!!! DIA BARU KELAS 5 SD. Woiiii benar dia
adalah teman saya yang masih kelas 5 SD dan berhenti sekolah karena akan
menikah. Bukan hamil duluan tetapi lebih karena perjodohan. Keluarganya
termasuk orang kaya di desa kami. Masih kolot, masih punya pandangan kalau seorang anak
perempuan sudah mengalami menstruasi berarti dia siap untuk menikah!
Jeng...jeng, teman kami dan keluarganya ini rupanya ingin
merayakan besar-besaran. Jadi bisa disebut mengadakan pesta 7 hari 7 malam! Aku
sebutkan 7 hari 7 malam karena memang pestanya berhari-hari. Setiap hari ada
saja pertunjukan di rumah dia, mulai dari jaran kepang, lengger, calung dan
aneka pertunjukan tradisional dan puncaknya adalah layar tancep.Bersama kawan-kawan sekelas, terutama yang cowok kita sudah
janjian. Berangkat bareng-bareng untuk datang ke pernikahan kawan kami itu.
Seperti dugaan awal. Ayah saya tidak mengijinkan karena
paginya saya harus sekolah. Bahkan keluar ancaman yang kalau itu disampaikan
sekarang akan segera saya iyakan. “Nek ngeyel koe tak nikahke sekalian koyo
koncomu kui.” Perlu diketahui ayahku adalah guruku. Guru dalam makna
sebenarnya, guru di sekolahku. Dan seluruh warga sekolah sepakat, ayahku adalah
guru paling galak sedunia!
Jadi ketika teman-teman saya ngampiri, maka cukup tatapan
melotot dari ayah untuk membuat teman-teman ngibrit berhamburan lari di
kegelapan malam.
Justru dalam kondisi tertekan itulah muncul sebuah
keputusan. Minggatttt! Hahaha...ya saya pura-pura tidur. Padahal pelan-pelan
membuka jendela, melompat pelan dan dengan perlahan menutup daun jendela
sebelum kemudian lari sekuat tenaga mengejar kawan-kawan, gak mau ketinggalan
melihat kawan kami akan bercinta..#eh..