Minggu, 20 Juli 2014

20 Tahun Lalu



Meninggalkan tempat kelahiran adalah sebuah upaya antusias untuk menyongsong masa depan

Anak SD yang malu-malu, itu aku 20 tahun lalu. Awalnya hanya sebuah ajakan untuk datang ke tempat kerjamu, ketika liburan sekolah tiba. Sebagai pemegang kunci dan pak kebon, kau bebas masuk ke ruangan manapun di SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo, Purworejo. 

Sementara kau membuatkan teh untuk guru-guru, kau titipkan aku pada Winnetou, Tintin dan seluruh isi perpustakaan. Saat kau menyabit rumput-rumput, kau biarkan aku kena candu dari buku-buku di perpustakaan itu.

Anak laki-laki petakilan, kalau dimarah cuma cengar-cengir. Sawah, sungai dan karangan suwung adalah tempat mainku. Merokok adalah sedikit kenakalanku ketika itu. Ayah dan ibu tahu kelemahanku cuma satu, buku.

Ini mungkin cara mereka menghukumku. Memaksaku untuk meninggalkan Cilacap selepas SD dan mengirimkan aku ke Kutoarjo, tinggal di tempatmu. Karena mereka tahu, kau punya kunci ruang perpustakaan yang membuatku membisu dari kenakalanku. 

 Ketika isi perpustakaan itu aku lalap habis. Kau tertawa melihat dahagaku. Kau buka buku-bukumu kenalkan aku pada Tan Malaka, Soekarno dan Bung Hatta. Masih kurang? Kau berikan majalah-majalah edisi tahun 60-an, hingga tahun 90-an. 
 
Enam tahun tinggal bersamamu belajar apa itu kesederhanaan, belajar mengolah rasa dan belajar adalah membaca, membaca adalah belajar. Maturnuwun di kotamu aku mengenal sahabat-sahabat luar biasa.
Sugeng tindak Pakde Sagino. Damai di surga.
*Tulisan ini pernah saya muat di laman facebook ketika mendengar Pak De saya meninggal.

Sabtu, 19 Juli 2014

Menonton Pertunjukan Orang yang Akan Bercinta




KAPAN kamu jatuh cinta pertama kali? Kalau pertanyaan itu ditanyakan padaku dengan mantap akan aku jawab. Kelas 3 SD.  Apa yang aku lakukan seumuran itu? Ah mau tahu saja.
Aku tidak akan bercerita kali ini tentang soal cinta. Nanti kalau Padakacarma buat program #7HariMenulisCinta, baru aku mau membongkar ingatan lama soal asmara sebelum remaja. Kali ini aku mau cerita bagaimana menghadiri tontonan yang diadakan oleh orang yang mau bercinta.

Saya perjelas agar tidak terjadi kesalahpahaman yang kalian inginkan. Maksudnya adalah menyaksikan perayaan orang yang akan bercinta. Masih bingung juga, emm nonton pertunjukan yang diadakan sebagai perayaan orang yang menikah, jadi bukan menonton mereka mau bercinta.

Di jaman ketika televisi masih bisa dihitung dengan jari, hiburan seperti layar tancep atau pemutaran video adalah cara paling efektif untuk menggerakan massa di satu titik kumpul. Tinggal pilih, mau beli aneka mainan, makanan atau bermain ketangkasan yang mengarah pada perjudian hingga melotot menyaksikan layar tancep semalam suntuk. Saya memilih yang terakhir, mengingat cita-cita saya waktu masih krucil memang jadi bintang film.  

Waktu itu, salah satu teman sekelas kami mengalami pendarahan. Kelas kami cukup heboh saat itu. Namun kami mendapat penjelasan dari guru, kalau itu namanya menstruasi, itu darah bukan kecap. Menurut pak guru  itu wajar di alami oleh anak perempuan. Jadi rupanya itu adalah menstruasi pertama dari teman kami dan juga yang pertama bagi perempuan yang ada di kelas.

Pesan guru saat itu adalah bagi anak perempuan setelah mengalami haid maka dia bisa hamil. Jadi dijaga dalam bergaul dengan lawan jenis. Nasehat bijak yang disampaikan oleh guru saya itu baru berlalu beberapa pekan, ketika kami mendapat kabar kalau kawan kami itu akan menikahhhhh!!!!!  DIA BARU KELAS 5 SD. Woiiii benar dia adalah teman saya yang masih kelas 5 SD dan berhenti sekolah karena akan menikah. Bukan hamil duluan tetapi lebih karena perjodohan. Keluarganya termasuk orang kaya di desa kami. Masih kolot, masih punya pandangan kalau seorang anak perempuan sudah mengalami menstruasi berarti dia siap untuk menikah!

Jeng...jeng, teman kami dan keluarganya ini rupanya ingin merayakan besar-besaran. Jadi bisa disebut mengadakan pesta 7 hari 7 malam! Aku sebutkan 7 hari 7 malam karena memang pestanya berhari-hari. Setiap hari ada saja pertunjukan di rumah dia, mulai dari jaran kepang, lengger, calung dan aneka pertunjukan tradisional dan puncaknya adalah layar tancep.Bersama kawan-kawan sekelas, terutama yang cowok kita sudah janjian. Berangkat bareng-bareng untuk datang ke pernikahan kawan kami itu.

Seperti dugaan awal. Ayah saya tidak mengijinkan karena paginya saya harus sekolah. Bahkan keluar ancaman yang kalau itu disampaikan sekarang akan segera saya iyakan. “Nek ngeyel koe tak nikahke sekalian koyo koncomu kui.” Perlu diketahui ayahku adalah guruku. Guru dalam makna sebenarnya, guru di sekolahku. Dan seluruh warga sekolah sepakat, ayahku adalah guru paling galak sedunia!
Jadi ketika teman-teman saya ngampiri, maka cukup tatapan melotot dari ayah untuk membuat teman-teman ngibrit berhamburan lari di kegelapan malam.   

Justru dalam kondisi tertekan itulah muncul sebuah keputusan. Minggatttt! Hahaha...ya saya pura-pura tidur. Padahal pelan-pelan membuka jendela, melompat pelan dan dengan perlahan menutup daun jendela sebelum kemudian lari sekuat tenaga mengejar kawan-kawan, gak mau ketinggalan melihat kawan kami akan bercinta..#eh..

Jumat, 18 Juli 2014

Piye, Enak to...?



Bercerita tentang Pusto selalu tidak ada habisnya. Kenangannya itu lohh..sulit terhapus sama seperti sulitnya melupakanmu dari ingatanku. 

Ini kejadian konyol yang waktu itu aku sembunyikan. Sumpah, jika sampai kawan-kawan atau anggota keluarga tahu, aku pasti ditertawakan. Jadilah ini sebuah rahasia kecil antara aku, Pusto dan Tuhan yang tahu.

Waktu itu musim panen padi. Ruang tamu, saat itu disulap menjadi tempat meletakan padi yang sudah kering. Padi itu dibuat seperti gunungan untuk menghemat tempat.

Waktu itu aku melihat, Pusto duduk di puncak gunungan padi. Heran, karena dia hanya menoleh saat aku lewat. Justru aku yang menghentikan kaki dan mundur satu langkah melihat apa yang ia lakukan. Untuk seorang kucing cowok, menurutku saat itu dia duduk terlalu anggun. Aku undang Pus..pus. dia Cuma nengok, cuek dan tetap dalam posisi duduk yang anggun.

Anjing...nih kucing. Timbul karakter usilku untuk menggodanya. Aku mendekat, mengelus kepalanya. Dia melengos. Wah lagi ndak mau diajak bercanda nih kucing. Aku mencoba memegang tubuhnya dengan kedua tanganku untuk ngajak ngomong. Eh belum aku pencet dia sudah mengeong tanda tak suka. 

Tumben banget nih Pusto. Ke empat kakinya mencengkram kuat di padi-padi tersebut. Seolah dia tidak rela meninggalkan singgasana itu.

Aku mengitarinya, memperhatikan perilaku dia yang seperti mengomel karena aku ganggu. Tepat ketika berada di samping agak belakang, tangan ini usil mengangkat kaki sebelah kirinya. Pusto seperti mempertahankan kakinya tetap terbenam. 

Wah melawan nih.

Semakin kuat kakinya mencengkram, semakin kuat juga tanganku mencoba mengangkat satu kakinya dan kemudian........@(*$@*#*@$#@(&#@)#&@#&@&#*@
Byuhbhyuuuuuuuuuuh

Aku gelagapan. ada dua detik mungkin aku bengong, sebelum sadar apa yang terjadi. Sungguh aku tidak percaya dengan yang terjadi denganku. Sungguh tidak percaya. Aku dikencingi Pusto.

Kuusap wajahku dengan tangan. Ku lihat Pusto, dengan tenangnya menutup tempat kencingnya. Kemudian melengang meninggalkanku yang nggabres karena kencingnya. Mungkin sambil berlalu dia ngomong. “Mau rak wis tak kandani, piye....enak to uyuhku”

Byaaaaangane......

Kamis, 17 Juli 2014

Si Pusto Bisa Ngomong Cinta. Harus Percaya!



Percaya tidak kalau si Pusto, kucing kampung belang berwarna kuning dan berekor ikal itu bisa ngomong? Harus percaya! Itu yang aku katakan pada teman-teman masa kecilku. Jelas mereka mencibir.

“Memangnya kamu seperti Nabi Sulaeman yang bisa ngomong sama binatang,” kata mereka.
“Oh Kalau ndak percaya ayo aku tunjukan,” tantangan itu aku sampaikan ke mereka.

Bukan hanya pada teman main saja aku tunjukan bahwa aku bisa bicara dengan Pusto. Tapi juga dengan semua anggota keluarga di rumah atau sepupu-sepupu yang main ke rumah.

 Kalian juga percaya kan kalau kucingku, si Pusto bisa ngomong?

Aku tidak bisa membuktikannya sekarang karena yang jelas si Pusto sudah meninggalkan dunia fana. Tapi kalian bisa membuktikannya dengan kucing milikmu sendiri di rumah. Caranya? Harus puasa 30 hari 30 malam, terus kasih makan orang terlantar yang tidak dipelihara negara. Stop. Itu Cuma syarat ngawur. Syarat sebenarnya aku jelaskan berikut ini.

Pertama dan utama adalah kalian saling mencinta. Iya, kamu dan kucingmu. Kedua, pastikan kucing Anda sehat. Ketiga, pastikan kucing Anda minimal sudah remaja atau akil balig. Keempat, pastikan kucingnya punya suara, bukan kucing bisu. Kelima, pastikan suasana hati kucing lagi senang diajak bercanda. Serius, ini lima syarat minimal jika ingin berkomunikasi dengan kucing dan kucing tahu omongan kita. 

Nah sekarang pegang kucing anda pada bagian perut dengan kedua tangan. Wajah kucing bisa menghadap wajah Anda atau menghadap ke arah teman atau orang yang akan kalian tunjukan bukti bahwa kucing bisa diajak berkomunikasi. Oke pastikan semua dilakukan dalam kondisi cool.

Setelah itu ajukan pertanyaan ke kucingmu. Bebas pertanyaannya. Misalnya, “Apakah kamu mencintaiku?”
Setelah mengajukan pertanyaan, pelan-pelan coba tekan perut kucingmu. Dijamin dia akan mengembik. Eh ia akan ngomong tentang cinta. Seperti apa suara omongannya, ya dicoba sendiri, setelah itu terjemahkan sendiri. 

Tapi ingat lakukan sesuai syarat di atas. Pesan saya cintai binatang sepenuh hatimu, rawat dia, jaga dia. Kalau nggak bisa, jangan pelihara.

Rabu, 16 Juli 2014

Dia yang Aku Cinta



Banyak kebersamaan yang kami alami. Sampai kemudian aku menyatakan cinta padanya. Sudah kuduga, dia tidak menjawabnya dengan kata-kata. 

Aku pernah memeluknya, menciumnya, memaksanya mandi bersama dan tidur berdua. Yang terakhir ini, dia melakukannya sukarela, bahkan seringkali dia yang meminta.

Ya, memang begitu kalau dia sedang manja. Naik ke atas tubuhku dan merebahkan  kepalanya di dadaku. Sepertinya pengantar tidur yang paling sempurna untuknya adalah bunyi detak jantungku. Orangtuaku kadangkala marah kepadamu. Apalagi saat kamu menciumiku. “Uhh...menjijikkan,” kata Ibuku.

“Kau bisa terkena penyakit!” itu kata ayahku. Hahaha kau selalu punya cara untuk mengambil hati mereka berdua. Kau berikan kepatuhan pada perintah ibuku. Kau diam anggun kala ibu memandangmu dengan melotot.

Kepada ayahku, kamu merayunya. Diam-diam aku lihat kamu juga naik ke atas tubuhnya. Merebahkan kepalanya di dadanya, dan mendengkur seirama dengan ayahku. Aku cemburu.
Aku mencintainya sejak usia 7 tahun. Namanya Pusto. Aku beri nama demikian supaya mudah ketika memanggilnya. Pus..pus..pus.