Selasa, 15 Juli 2014

Gembok Man



Waktu SD antara kelas 3-4 aku punyak geng. Namanya ‘Gembok Man’. Namanya aneh, seaneh terbentuknya geng ini. Saat itu kawan sepermainanku sebagian besar lebih tua, 1-3 tahun di atas usiaku. Bahkan sebagian dari mereka ada yang putus sekolah. Rata-rata mereka juga berasal dari lain sekolah, tapi satu kampung.

Nah, kami ini hobi mencari belut di sawah. Setiap kali berada di pematang sawah kami bersaing untuk menemukan leng welut (Lubang Belut) di pematang sawah. Dalam satu pematang, kami biasanya berebut untuk mencari leng welut.

Setiap kali kami menemukan lubang, maka dari mulut kami akan keluar kalimat “Geh, mbok, Men” Artinya....”Ini, Mungkin, Janga ---jangan diaku karena lubang itu aku yang menemukan—“. Begitu teriakan yang kami lontarkan setiap kali kami menemukan lubang yang kami duga rumah belut. Dengan mengungkapkan kalimat tersebut, otomatis teman-teman lain tidak ada yang akan mencari belut di lubang itu. 

Karena seringnya kalimat itu terlontar,maka kami sepakat membuat geng dengan nama ‘Gembokman’. Apalagi saat itu sedang trendnya film kartun Ultra Man. Kami membuat rumah pohon dimana hanya kelompok kami saja yang tahu. Berburu burung dengan ketapel adalah aktivitas kami yang lain waktu itu, atau main lempar lumpur dengan anak kampung sebelah yang sebenarnya teman kami juga.

Ketika musim panen padi, maka kami akan beramai-ramai mencari burung puyuh dengan cara mengepung lahan persawahan yang padinya baru dipanen dengan cara ani-ani. Sehingga batang-batang padi menjadi tempat persembunyian yang ideal bagi burung puyuh. Puncak musim kemarau biasanya kami rayakan dengan membuat rumah dari jerami. Setelah itu kami bakar beramai-ramai. Kenakalan kami paling banter cuma meracun ikan di selokan dengan akar pohon yang kami sebut jenu.  

2 komentar:

  1. kalo makan ikan yang diracun kita ikut keracunan nggak mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau racunnya pakai bahan alam, ikannya cuma mabok Ken, jadi tinggal minum Antimo, ikannya sembuh. Wakakakak

      Hapus