Waktu SD antara kelas 3-4 aku punyak geng. Namanya ‘Gembok
Man’. Namanya aneh, seaneh terbentuknya geng ini. Saat itu kawan sepermainanku
sebagian besar lebih tua, 1-3 tahun di atas usiaku. Bahkan sebagian dari mereka ada
yang putus sekolah. Rata-rata mereka juga berasal dari lain sekolah, tapi satu
kampung.
Nah, kami ini hobi mencari belut di sawah. Setiap kali
berada di pematang sawah kami bersaing untuk menemukan leng welut (Lubang Belut) di pematang sawah. Dalam satu pematang,
kami biasanya berebut untuk mencari leng
welut.
Setiap kali kami menemukan lubang, maka dari mulut kami akan
keluar kalimat “Geh, mbok, Men” Artinya....”Ini, Mungkin, Janga ---jangan diaku
karena lubang itu aku yang menemukan—“. Begitu teriakan yang kami lontarkan
setiap kali kami menemukan lubang yang kami duga rumah belut. Dengan
mengungkapkan kalimat tersebut, otomatis teman-teman lain tidak ada yang akan
mencari belut di lubang itu.
Karena seringnya kalimat itu terlontar,maka kami sepakat
membuat geng dengan nama ‘Gembokman’. Apalagi saat itu sedang trendnya film
kartun Ultra Man. Kami membuat rumah pohon dimana hanya kelompok kami saja yang
tahu. Berburu burung dengan ketapel adalah aktivitas kami yang lain waktu itu,
atau main lempar lumpur dengan anak kampung sebelah yang sebenarnya teman kami
juga.
Ketika musim panen padi, maka kami akan beramai-ramai
mencari burung puyuh dengan cara mengepung lahan persawahan yang padinya baru
dipanen dengan cara ani-ani. Sehingga batang-batang padi menjadi tempat persembunyian
yang ideal bagi burung puyuh. Puncak musim kemarau biasanya kami rayakan dengan
membuat rumah dari jerami. Setelah itu kami bakar beramai-ramai. Kenakalan kami paling banter cuma meracun ikan di selokan
dengan akar pohon yang kami sebut jenu.
kalo makan ikan yang diracun kita ikut keracunan nggak mas?
BalasHapusKalau racunnya pakai bahan alam, ikannya cuma mabok Ken, jadi tinggal minum Antimo, ikannya sembuh. Wakakakak
Hapus