Sabtu, 19 Juli 2014

Menonton Pertunjukan Orang yang Akan Bercinta




KAPAN kamu jatuh cinta pertama kali? Kalau pertanyaan itu ditanyakan padaku dengan mantap akan aku jawab. Kelas 3 SD.  Apa yang aku lakukan seumuran itu? Ah mau tahu saja.
Aku tidak akan bercerita kali ini tentang soal cinta. Nanti kalau Padakacarma buat program #7HariMenulisCinta, baru aku mau membongkar ingatan lama soal asmara sebelum remaja. Kali ini aku mau cerita bagaimana menghadiri tontonan yang diadakan oleh orang yang mau bercinta.

Saya perjelas agar tidak terjadi kesalahpahaman yang kalian inginkan. Maksudnya adalah menyaksikan perayaan orang yang akan bercinta. Masih bingung juga, emm nonton pertunjukan yang diadakan sebagai perayaan orang yang menikah, jadi bukan menonton mereka mau bercinta.

Di jaman ketika televisi masih bisa dihitung dengan jari, hiburan seperti layar tancep atau pemutaran video adalah cara paling efektif untuk menggerakan massa di satu titik kumpul. Tinggal pilih, mau beli aneka mainan, makanan atau bermain ketangkasan yang mengarah pada perjudian hingga melotot menyaksikan layar tancep semalam suntuk. Saya memilih yang terakhir, mengingat cita-cita saya waktu masih krucil memang jadi bintang film.  

Waktu itu, salah satu teman sekelas kami mengalami pendarahan. Kelas kami cukup heboh saat itu. Namun kami mendapat penjelasan dari guru, kalau itu namanya menstruasi, itu darah bukan kecap. Menurut pak guru  itu wajar di alami oleh anak perempuan. Jadi rupanya itu adalah menstruasi pertama dari teman kami dan juga yang pertama bagi perempuan yang ada di kelas.

Pesan guru saat itu adalah bagi anak perempuan setelah mengalami haid maka dia bisa hamil. Jadi dijaga dalam bergaul dengan lawan jenis. Nasehat bijak yang disampaikan oleh guru saya itu baru berlalu beberapa pekan, ketika kami mendapat kabar kalau kawan kami itu akan menikahhhhh!!!!!  DIA BARU KELAS 5 SD. Woiiii benar dia adalah teman saya yang masih kelas 5 SD dan berhenti sekolah karena akan menikah. Bukan hamil duluan tetapi lebih karena perjodohan. Keluarganya termasuk orang kaya di desa kami. Masih kolot, masih punya pandangan kalau seorang anak perempuan sudah mengalami menstruasi berarti dia siap untuk menikah!

Jeng...jeng, teman kami dan keluarganya ini rupanya ingin merayakan besar-besaran. Jadi bisa disebut mengadakan pesta 7 hari 7 malam! Aku sebutkan 7 hari 7 malam karena memang pestanya berhari-hari. Setiap hari ada saja pertunjukan di rumah dia, mulai dari jaran kepang, lengger, calung dan aneka pertunjukan tradisional dan puncaknya adalah layar tancep.Bersama kawan-kawan sekelas, terutama yang cowok kita sudah janjian. Berangkat bareng-bareng untuk datang ke pernikahan kawan kami itu.

Seperti dugaan awal. Ayah saya tidak mengijinkan karena paginya saya harus sekolah. Bahkan keluar ancaman yang kalau itu disampaikan sekarang akan segera saya iyakan. “Nek ngeyel koe tak nikahke sekalian koyo koncomu kui.” Perlu diketahui ayahku adalah guruku. Guru dalam makna sebenarnya, guru di sekolahku. Dan seluruh warga sekolah sepakat, ayahku adalah guru paling galak sedunia!
Jadi ketika teman-teman saya ngampiri, maka cukup tatapan melotot dari ayah untuk membuat teman-teman ngibrit berhamburan lari di kegelapan malam.   

Justru dalam kondisi tertekan itulah muncul sebuah keputusan. Minggatttt! Hahaha...ya saya pura-pura tidur. Padahal pelan-pelan membuka jendela, melompat pelan dan dengan perlahan menutup daun jendela sebelum kemudian lari sekuat tenaga mengejar kawan-kawan, gak mau ketinggalan melihat kawan kami akan bercinta..#eh..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar