Sabtu, 14 Juni 2014

Nguntal Manuk




Peringatan penulis :  cerita iki njijiki. Jangan membaca tulisan ini sambil makan-minum. Atau saran saya jangan baca tulisan ini.


SUNGGUH-sungguh terjadi. Waktu kecil saya pernah ‘nguntal manuk’. Bukan benar-benar ‘manuk’ alias burung, tapi uang Rp 25,-bergambar burung. Burung apa mas?  kepodang (nek ra salah), lanang po wedok mas? (deloen dewe..nyohhhh)

Makan uang? Ya saya pernah makan uang. Bukan karena lapar namun karena memenuhi rasa penasaran kenapa saya dilarang mengulum uang receh. Mak..glegek,,uang itu akhirnya tertelan. Sempat nyangkut di tenggorokan tapi akhirnya lancar masuk ke usus.

Seingatku aku tidak nangis atau panik, justru orang satu rumah yang kelimpungan mendengar pengakuan saya kalau baru saja nelan uang. Ibu saya tentu yang paling panik selain nenek saya. Saat itu saya bersama orangtua masih tinggal di rumah kakek nenek  dari garis ibu.

Emm...saya juga tidak ingat apakah dulu kemudian dibawa ke dokter atau tidak. Yang saya ingat kemudian adalah jeng..jeng....saya diminta pup di bawah pohon tehtehan. Kemudian mereka (keluarga) menggunakan ranting ngorek-ngorek ee saya...cen njijiki, tapi piye meneh..itu cara satu-satunya untuk mengetahui apakah ‘manuk’ di dalam perut saya sudah keluar atau belum. Mungkin karena mereka bosan tiap saat melakukan aktivatas menjijikan akhirnya saya diminta melakukan sendiri .

‘Manuk’ itu cukup lama bersarang di usus atau lambungku. Ibuku pernah bercerita, bahwa dia sampai menangis setiap hari karena setelah aku menelan uang itu, nafsu makanku berkurang drastis.  Meski ndak doyan makan, tapi perutku membuncit.  Sekeluarga sangat berharap ‘manuk’ di dalam perutku keluar lewat ee. Mereka tidak bisa membayangkan kalau harus sampai operasi.

Hingga di suatu hari, kehebohan itu pecah saat saya berteriak kegirangan karena ada benda terbuat dari logam berbentuk bulat menyembul dari bongkahan ee.  Saking bahagianya, ibu saya kemudian mengambil uang itu dan membungkusnya dengan plastik. Menyimpannya di almari. Buat kenang-kenangan, bahwa saya pernah nelan uang. Biar ingat betapa dia khawatir sekali dengan kondisi anaknya saat itu.
Njijiki to, aku le nulis wae karo nutup irung kok..

1 komentar: