Ketika sepasang laki-laki dan perempuan menyatukan janji
dalam sebuah perkawinan, maka perjalanan kita sebagai anak berawal. Atau
mungkin seperti yang dikatakan oleh cerpenis Seno Gumira Ajidarma dalam cerita
pendeknya ‘Topeng Monyet’
... Bumi ini cuma
tempat persinggahan roh-roh yang mencari tubuh. Ratusan ribu roh melesat kian
kemari, ada yang mencari tubuh, ada yang lepas dari tubuh. Siapapun yang
melihatnya akan menyaksikan pesta kembang api. Suaranya mendesing-desing dan
ratusan ribu roh itu berkelebatan kian kemari dalam rotasi. Setiap detik
berlangsung perpindahan roh dari tubuh yang habis masa berlakunya, ke tempat
hunian baru. Perpindahan roh dari satu tubuh ke tubuh lain melewati suatu
proses pencucian kembali, dengan cara mengelilingkannya ke seantero semesta,
meski hanya berlangsung dalam satu detik saja. Dengan demikian diharapkan
roh-roh itu tidak membawa pengaruh ketubuhannya yang lama ke dalam ketubuhannya
yang baru.....
Jadi seperti yang dituturkan dalam cerpen ‘Topeng Monyet’
kita adalah roh yang sebelum pada raga yang sekarang pernah masuk ke tubuh yang
lainnya. Mmmm..apakah itu yang membuat saya merasa bahwa di kehidupan yang lalu
saya seorang prajurit perang? Kalau
cerpen itu memang menggambarkan kondisi sebenarnya berarti roh kita pernah
melakukan perjalanan dari waktu ke waktu.
Ah sudahlah, terlalu pelik jika membicarakan tentang
perjalanan roh. Saya sebenarnya cuma ingin mengatakan bahwa sebuah perjalanan
diawali dari satu langkah. Itu saja. Kebetulan saja, tadi membaca cerpennya
Seno, dan sejujurnya saya sebenarnya ingin menulis panjang tentang perjalanan.
Tapi seperti sebuah perjalanan dia mengisahkan cerita yang panjang, meski
mengawalinya dengan satu langkah pendek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar