Sabtu, 21 Juni 2014

Takut Patah Hati



Belajar dari tahun-tahun sebelumnya saat Piala Dunia, saya mencoba tidak mengikatkan hati terlalu erat pada sebuah tim negara manapun. Memang tahun ini jagoan saya tetap Jerman atau Belanda. Iya, saya pilih dua negara itu, setidaknya kalau tidak lolos salah satu tidak lolos ke babak selanjutnya saya masih punya jagoan satunya. Kalau kalah dua-duanya, setidaknya ikatan batinnya ini tidaklah begitu rapuh.

Saya memilih Jerman karena mereka merupakan negara dengan prestasi yang relatif stabil. Gaya bermainnya selalu kokoh seperti julukannya, Panzer. Menggilas siapun yang menghadang. Sedang Belanda, ini adalah negara yang disebut-sebut raja tanpa mahkota.  Tiga kali sampai puncak final piala dunia, tiga kali pula mereka keok. Tahun 2010, mereka masuk babak final puncak dengan menghadapi Spanyol. Tapi apa lacur, mereka justru kebobolan di menit akhir oleh Andreas Iniesta.

Tahun ini keduanya mengawali Piala Dunia dengan ganas, Belanda menghajar Spanyol, 4-0. Balas dendam indah untuk partai final tahun 2010. Apalagi Spanyol akhirnya harus menjadi salah satu tim yang angkat koper lebih dulu dari perhelatan Piala Dunia 2014 di Brazil.

Kembali pada soal ikatan hati, saya pernah mengalami betapa kecewanya ketika negara jagoan saya, Brazil kalah dari Perancis di Final Piala Dunia 1998. Kecewa sampai dalam hati. Sampai tidak bisa tidur, males makan, males segala-galanya, tidak percaya Ronaldo dan kawan-kawannya harus tersingkir.

Tahun ini, meski menjagokan Belanda dan Jerman, saya tidak mau dipermainkan oleh perasaan. Saya mendukung dengan logis saja. Menikmati setiap pertandingan tanpa terbawa terlalu dalam perasaan menjadi pilihan. Setidaknya kalau dua tim itu rontok sebelum sampai partai puncak, saya menikmati permainan tim manapun yang memang layak untuk tampil di final. Karena saya memang menyukai permainan bola, bukan permainan perasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar