SAYA sangat salut ketika melihat ada remaja atau anak muda
yang sangat percaya diri ketika melakukan sesuatu, termasuk untuk tampil di
depan publik. Belum lama ini saya menjadi panitia di lomba stand up comedy untuk
pelajar. Dari sekian puluh peserta, cuma beberapa saja dari mereka yang
benar-benar bisa membuat tertawa penonton atau juri. Lainnya ngebom alias
garing.
Bagi saya persoalan mereka tidak bisa membuat tertawa orang
adalah sebuah proses. Namun mereka luar biasaaa. Berani maju untuk siap tidak
ditertawakan atau ditertawakan karena tidak lucu. Berani mengeluarkan
pendapatnya, suaranya, tidak peduli ditertawakan orang atau tidak. Memang
sebagian mereka tidak menjadi diri mereka sendiri, karena ada yang tampil
justru meniru comic idola mereka.
Poin pentingnya adalah mereka begitu percaya diri. Sementara
banyak teman-teman mereka bersembunyi dalam
ketidakberdayaan dengan dirinya sendiri.
Saya pernah mengalaminya.
Lulus dari sekolah dasar di Cilacap saya sekolah di
Kutoarjo Kabupaten Purworejo. Selama tahun pertama di SMP saya menjadi orang yang sangat pendiam.
Saya yang aslinya pemalu ketika bertemu orang baru, menjadi semakin pemalu. Kadangkala ketika istirahat saya memilih
berada di gudang sekolah, tempat Pak De saya bekerja sebagai tukang kebun di
sekolah itu. Kalau tidak saya membaca buku-buku di perpustakaan.
Ketika pulangpun, saya punya kebiasaan untuk berjalan
menunduk. Bahkan seseorang dari sekolah lain menegur saya karena setiap hari
dia melihat saya berjalan menunduk, apakah sedang mencari uang atau barang yang
hilang? Seseorang yang menyapa saya ini menjadi salah satu sahabat saya di masa
remaja.
Rasa tidak percaya diri muncul karena logat saya yang
ngapak, selalu menjadi bahan tertawaan teman-teman. Rasa tidak percaya diri itu
ternyata terus berpengaruh pada hal-hal lain. Saya menjadi takut melakukan
sesuatu, bahkan ketika pelajaran komputer saya adalah murid yang paling sering
bertanya karena sama sekali tidak tahu. Parahnya adalah guru pembimbing komputer
seperti memberikan label saya sebagai orang bodoh. Jadilah saya menjadi orang
yang gagap teknologi, bahkan hal ini terbawa saya sampai ke perguruan tinggi.
Cerita tentang rasa tidak percaya diri ini dilanjut lagi besok ya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar