Jumat, 13 Juni 2014

Soal Nomor Urut



INI cerita soal nomor urut. Bukan nomor urut calon presiden tapi nomor presensi di sekolah (di Indonesia menyebut presensi  justru dengan absensi. Absensi dan presensi merupakan dua kata yang artinya sebenarnya bertolak belakang, absen = ketidakhadiran, presensi = kehadiran). Sudah menjadi nasib saya, dari SD hingga kuliahpun, nomor presensi saya tidak lepas dari dua teratas alias nomor 1 dan 2.

Menduduki nomor presensi teratas bagi saya sungguh tidak enak. Dia akan menjadi orang yang pertama menjadi pilihan guru untuk menjawab kuis, atau  maju ke depan mengerjakan soal. Bukan persoalan berani atau tidak berani, masalahnya adalah nomor satu biasanya menjadi contoh."Nah, itu salah, bukan seperti itu." Itu salah satu kalimat dari guru yang pernah aku dengar. 

Paling sial menurutku adalah pelajaran olahraga. Guru olahraga SMP saya seringkali tidak mau memberi contoh gerakan dalam praktek. Langsung penilaian,  maka ketika si guru memberitahu bahwa gerakan saya salah, tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki. Sementara teman-teman saya menjadi lebih tahu gerakan yang benar. 

Kejadian serupa pernah saya alami ketika ujian praktek di SMA. Saat itu siswa diminta melakukan pull up atau rangen.  Saat itu, guru olahraga tidak memberikan contoh gerakan, mungkin karena kami dianggap sudah tahu.Nah, dengan percaya diri saya langsung maju karena memang sesuai dengan daftar presensi nomor urut satu. Posisi tangan mencengkram bar dan kemudian mengangkat tubuh sampai dada menyentuh bar. Kalau tidak salah sih, saya sanggup 10 angkatan.

Nah giliran teman-teman saya, mereka mengangkat tubuh hanya sampai dagu menyentuh bar. Artinya tenaga yang diperlukan lebih sedikit. Tentu saja mereka rata-rata mengangkat tubuh mereka lebih banyak dari saya. Ketika saya protes kok teman-teman saya cuma sebatas dagu, guru saya dengan entengnya ngomong. “Sama saja.”
Lah ya jelas beda paaaaaak! Tenaga yang diperlukan lebih besar, sementara penilaiannya adalah dari yang paling banyak mengangkat tubuhnya.
                                     
Soal nomor urut satu paling nganyelke adalah meja tempat duduk ketika ujian. Dipastikan duduk paling depan! Siksaan yang begitu berat, apalagi kalau tidak belajar.  Untungnya nomor urut satu menurutku cuma satu, ketika jam terakhir ada kuis dan meminta nomor urut satu menjawab lebih dulu. Kalau benar maka pulang duluan, kalau salah yang nunggu giliran. Duh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar