Kamis, 05 Juni 2014

Toilet!!!


SEDIKIT cerita tentang toilet, kloset atau water kloset (WC). Sedikit loh ya, karena sebenarnya ada banyak cerita tentang toilet. Cerita pertama soal ganti nama karena toilet.

Di kampung halaman, hampir tidak ada warga yang punya toilet kecuali keluarga kami. Di bawah pohon, pinggir sungai kecil atau kolam selalu menjadi pilihan warga untuk buang hajat waktu itu. Meski rumah kami memiliki toilet jongkok, kolam di belakang rumah selalu jadi pilihan. Alasannya, saya dan kedua perempuan bisa menyaksikan atraksi gurameh, lele atau tawes yang menari sementara kami jongkok.

Meski berkali-kali jatuh ke kolam tersebut, kami tetap asyik mekong di kolam itu. Sampai suatu hari, si bungsu, jatuh dan tidak langsung ditolong. Kondisinya pucat seperti warna mayat. Akhirnya orangtua dan kerabat sepakat, ganti nama! Entahlah, kenapa waktu itu bukan kolamnya yang ditutup, tapi justru kami yang diganti namanya. Mungkin karena kasihan, nanti kalau ditutup ikan-ikan disana tidak bisa mendapat berkah, hueeeek!

Jadilah rencana ganti nama itu dilaksanakan. Keluarga menyelenggarakan kenduri, mengundang orang sekampung. Agendanya, mengumumkan nama baru kami bertiga. Tiga nama disiapkan, saya mendapat nama baru Langgeng, adik nomor dua Rahayu, yang ragil, lupa mmm saya lupa nama barunya ketika itu.
Emm lupa, iya lupa, karena memang nama itu tidak kami gunakan. Gara-garanya adalah aksi kami di malam kenduri.

Sementara warga kampung tengah berdoa, kami mengurung diri di kamar. Sementara rapal doa terdengar, kami juga memperdengarkan suara gedebak-gedebuk di dalam kamar, memukul-mukul pintu kamar, meja dan apapun yang bisa keluar bunyi. Orangtua kamipun mengetuk. Mereka sebenarnya sudah tahu kami tidak terima nama asli diganti. Undangan tidak mungkin ditarik lagi, meski itu juga disampaikan menggunakan Toa melalui langgar tak jauh dari rumah kami.

Aksi kami bertiga benar-benar membuat ayah marah. Kalau tidak dibuka, ia mengancam pintu akan didobrak. Akhirnyalah aksi demonstrasi bertiga diakhiri. Rekonsiliasi, nama kami tidak akan diganti, nama yang diberi tak lebih dari paraban atau julukan. Namun, esok paginya, teman-teman sekolah sudah memanggil kami dengan nama baru. Rupanya orangtua mereka bercerita kalau nama kami sudah ganti...uuuuuuh. Untungnya itu cuma sementara.

Cerita toilet yang kedua, keluarga kami pernah mendapat rejeki, setiap hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal, Paskah mendapat kiriman aneka produk mie instan, kalender dan kaos dari salah seorang direktur di sebuah perusahaan mie instan.

Bertahun-tahun, sampai direktur itu pensiun dari jabatannya. Ceritanya tidak lepas dari toilet..tidak kalah dahsyat dan mengharu biru. Sungguh. Mmm...tadi saya bilang ceritanya sedikit ya, ya sudah dilanjut kapan-kapan lagi.

1 komentar: